Terbang Tinggi Bersama Anggun

2013/05/08


Penulis: Diah Puspita Primandani Putri
Jakarta, Squadpost.com—Pada usianya yang baru tujuh tahun, ia telah berani memulai karir menyanyi di panggung hiburan—meski hanya dibayar dengan imbalan sebungkus nasi saja. Kini, gadis kecil berdarah Jawa itu dikenal dengan nama Anggun Cipta Sasmi (39). Selama tiga dekade lebih karirnya, sukses menembus kacah internasional. Tak tangung-tanggung, semua karyanya mampu menembus industri  musik mancanegara dan album-albumnya diganjar penghargaan Gold dan Platinum di beberapa negara Eropa.

The Story Begins
Menginjak usia sembilan tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekam album anak-anak, Dunia Aku Punya (1986). Namun, album ini kurang meledak di pasaran. Meski gagal pada album pertama, semangat Anggun tak meredup. Justru, karir anak pertama Darto Singo dan Dien Herdiana ini malah meroket melalui single ‘Mimpi’ pada 1989.

Bahkan majalah Rolling Stone mendaulat bahwa lagu itu sebagai salah satu dari 150 lagu Indonesia Terbaik sepanjang masa pada edisi #56 terbitan Desember 2009. Kemudian disusul sederet lagu lain seperti ‘Tua-Tua Keladi’ dan ‘Takut,’ Anggun muda berhasil menggapai puncak popularitasnya. Karyanya pun mendapat apresiasi dalam sebuah penghargaan musik, yang menetapkan Anggun sebagai Artis Indonesia Terpopuler pada 1990-1991. 

Berturutan setelah itu, ia merilis kembali sebuah album Anak Putih Abu-Abu (1991), yang disusul Nocturno (1992). Semua album dan singlenya terjual laris manis di pasaran dan merajai tangga lagu di Indonesia. 

Transisi
Pada 1992, Anggun mulai bertemu dengan jodohnya saat ia sedang mengadakan tur konser di Banjarmasin. Pria berkebangsaan Perancis yang merupakan seorang insinyur, Michel Georgea, berhasil mencuri hati lady rocker ini. Di usia yang tergolong  muda, Anggun berani memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan di saat karirnya sedang di atas angin.

Meski begitu, ketenarannya tidak meredup. Bahkan ia menunjukkan keseriusannya lewat studio rekaman yang dibangunnya, PT Bali Cipta Record. Bersama studio ini Anggun turun langsung mengurusi pembuatan album terbarunya Anggun C. Sasmi... Lah!!! (1993), dengan single pertamanya, ‘Kembalilah Kasih (Kita Harus Bicara),’ yang kembali mencetak sukses. Bahkan video lagu  ini mampu menembus MTV Hongkong.

Berbekal mimpi menjadi penyanyi bertaraf internasional, Anggun mencoba peruntungan baru ke Eropa, dengan menjual perusahaan rekamannya untuk modal awal memulai karir di negara asing. Bersama suaminya Anggun pun bermukim di Britania, Inggris.

Di Eropa, Anggun harus membangun kembali karirnya dari nol. Selama setahun ia rajin mengirimi demo lagunya ke beberapa studio rekaman di Britania dan mendatangi beberapa klub untuk memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi yang bersuara khas.

Menjalani hidup di negera orang memang tak mudah. Uang hasil penjualan perusahaan rekamannya yang masih tersisa, lambat laun habis sedikit demi sedikit demi memenuhi kebutuhan hidup. Ditambah, semua demo rekamannya sama sekali tidak mendapat tanggapan.

Fakta itu mengantarkannya pada satu kesimpulan: karirnya takkan sukses di Inggris. Anggun pun berniat pindah ke negara Eropa lainnya, Belanda. Namun mengingat tanah asal suaminya adalah Perancis, akhirnya mereka pun mukim di negeri ayam jantan itu.

Dua tahun menjalani kehidupan di Perancis, Anggun seolah dipertemukan oleh dewi fortunanya, yaitu seorang produser besar Perancis, Erick Benzi, yang juga  pernah menggarap album beberapa penyanyi kenamaan seperti Celine Dion, Jean Jacques Goldman, Johny Hallyday.

Tanpa teding aling-aling, ia ditawari untuk rekaman album. Erick Benzi mengaku terpikat dengan karakter suara Anggun yang memiliki jenis suara kontralto yang tebal serta teknik improvisasi vokal yang unik. Atas bantuan Erick, Anggun direkrut oleh Columbia Records di Perancis. Tak hanya itu, ia juga berhasil mendapat kontrak Sony Music Internasional untuk lima album, berkat keikutsertaannya pada audisi yang diadakan oleh Sony Music Internasional di Manila, Filipina.

Masa Emas
Anggun memulai debut pertamanya dengan merilis album berbahasa Perancis yang bertajuk Au nom de la lune. Ada sesuatu yang berbeda pada albumnya, yaitu perpindahan jalur musik rock yang selama bertahun-tahun ia geluti menjadi musik pop romantis dan sensual yang ditambah dengan sentuhan bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia.

Single pertamanya ‘La neige au sahara’ tercatat sebagai salah satu lagu yang paling sering diputar di Perancis pada 1997. Album ini pun sukses mereguk penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia, serta meraih penghargaan Diamon Expert Award. Keberhasilan ini menjadikan Anggun sebagai seorang artis Indonesia  yang meletakkan namanya sejajar dengan artis-artis Perancis lain.

Merujuk pada kesuksesan album itu, Anggun merilisnya kembali dalam versi Bahasa Inggris bertajuk Snow on The Sahara. Album ini resmi liris di 33 negara Eropa, Amerika, Asia, dan sukses menempati peringkat pertama di Italia, Spanyol, dan beberapa negara Asia. Di Amerika Serikat yang merupakan kiblat musik dunia, Snow on The Sahara rilis pada Mei 1998 oleh Epic Records.

Meski melejit di beberapa negara, Snow on The Sahara terhitung gagal di Amerika, karena hanya terjual 200.000 keping dan tidak mampu menembus tangga lagu Billboard.

Setelah sukses meraih mimpi menjadi penyanyi internasional, Anggun malah kehilangan keseimbangan hidupnya. Pada 1999 ia resmi bercerai dengan Michel Georga. Namun Anggun menunjukkan karakternya sebagai lady rocker. Kisah perceraiannya ini tak membuatnya terpuruk. Justru ia malah melahirkan album kedua, Desirs Contraires. Sayang album dengan single andalan ‘Un geste d’amour’ ini hanya mampu terjual 30.000 kopi di Perancis. 

Kiprahnya dalam dunia tarik suara memang tidak main-main. Terbukti dari sepanjang tahun 1997-sekarang, Anggun tetap eksis dan konsisten dalam dunia yang membuat namanya melejit bagai roket. Tiap tahun ia rutin mengeluarkan album. Terhitung sudah 17 album yang ia hasilkan selama meniti karir di Perancis.

Meski pindah kewarganegaraan, Anggun bukan termasuk kacang yang lupa kulitnya. Jiwanya tetap berada dan untuk di Indonesia. Pada 25 Mei 2006 silam, ia menggelar konser terbesarnya di Indonesia bertajuk ‘Konser Untuk Negeri’ yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), dengan 5000 lembar tiket ludes terjual.

Masa emas itu masih terus ia rasakan, bahkan sampai 2012.  Ia merilis Echoes dengan single andalan ‘Echo (You and I)’ yang diluncurkan di Perancis. Demi mempromosikan lagu terbarunya, Anggun kembali mengadakan tur  konser ke beberapa kota di Perancis, Swiss, dan Kaledonia Baru, termasuk konser tunggal di Gedung Le Trianon, Paris, 13 Juni 2012. Di penghujung 2012 ia sempat diajak oleh Schiller untuk tur di 10 kota Jerman.

Titik Balik
Jika mengingat penampilan Anggun pada masa awal karirnya sebagai penyanyi rock, ia dikenal dengan penampilan yang tomboi dan khas yang menggunakan baret miring dan celana pendek, jaket paku-paku serta ikat pinggang besar, yang sempat menjadi tren pada awal 1990-an. 

Namun, sejak sukses menjadi penyanyi internasional, penampilannya kini berubah 180 derajat menjadi lebih feminin dan seksi, melalui penampilan khas perempuan Indonesia dengan rambut hitam panjang yang ia biarkan tergerai, dilengkapi warna kulitnya yang sawo matang.

Keindahan rambut hitamnya itu pernah mendapat apresiasi dari majalah Herworld sebagai inspirasi perempuan berambut lurus  panjang selama dekade 2000-an. Masih belum cukup. Anggun juga berada di peringkat 18 dalam daftar ‘100 Wanita Terseksi di Dunia’ versi majalah FHM Perancis.

Kecintaannya terhadap dunia musik dan menyanyi seolah sudah mendarah daging dalam tubuhnya. Meski banyak artis di posisinya yang mengambil kesempatan melebarkan sayapnya ke bidang lain, tapi bagi Anggun, musik adalah panggilan jiwanya. 

Kini, Anggun yang menjadi salah satu juri dalam ajang pencarian bakat X Factor Indonesia, sedang menggarap album Best of: Design of A Decade 2003-2013, dengan menampilkan 17 lagunya dalam kurun waktu satu dekade belakangan ini. Anggun pun terus melambung jauh, terbang tinggi.


Editor: Silviana Sapitri
Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright KonBlok 2013 - 2014 | Design by KonBlok.