Perlawanan terhadap Musik Arus Utama

2013/05/07

Penulis: Silviana Sapitri dan Jurex ‘Tetra Beatbox’
Tangerang, Squadpost.comBeatbox, seni musik yang tengah digandrungi remaja Indonesia belakangan ini, merupakan seni yang menirukan suara dengan menyelaraskan tempo. Sehingga, menghasilkan nada ritmis, ketukan drum, instrumen musik maupun bunyi lain, salah satunya robot. Kisah kemunculan mereka, jauh lebih keras dan tegang, dibanding hadirnya acapella dalam sejarah musik dunia.

Cabang seni yang tengah naik daun dan menjadi primadona dalam belantika musik tanah air ini mengandalkan suara, mulut, dan rongga mulut lainnya. Sangat sederhana dan tak perlu menggunakan alat musik seperti gitar, piano, dan sebagainya. Beatbox kerap disebut sebagai vokal perkusi maupun multivokalisme.

Beatboxer, atau pemain beatbox, mampu mendemonstrasikan bunyi-bunyian dengan handal. Lewat irama tersebut, mereka dapat menirukan berbagai suara yang mereka inginkan. Meski terlihat mudah, musik ini butuh ketekunan untuk mendalaminya agar menghasilkan nada ritmis yang baik.


Musik beatbox kerap dikaitkan dengan Hip Hop, meski dalam praktiknya musik ini juga dapat berjenre Pop, Rock, R&B, dan sebagainya. Beatbox hadir di tahun 1980-an yang dikenal sebagai tradisi perkusi vokal.

Sejarah Indonesian Beatbox Community

Pertama kali pada 1997, Tito, personil Fade to Black mulai mencoba untuk menirukan bunyi-bunyian drum sambil membuat pattern sendiri. Padahal, pada saat itu ia belum mengenal Beatbox itu sendiri hingga 2004.  Akhirnya, tahun 2004 ketika ia mulai bekerja di perusahaan IT di Kuningan, Jakarta, dan selalu berkutat dengan internet, ia baru tahu kalau yang ia lakukan berhubungan dengan human-beatbox. Ia mulai mempelajari Beatbox secara otodidak via Youtube.


Di tahun yang sama, ia mengalami kendala dalam mencari teman yang memiliki hobi yang sama. Kemudian ia membuat artikel di http://Hiphopindo.net. Sayang, usahanya tidak membuahkan hasil lantaran tak mendapat respon di forum tersebut.


Pada 2007, Tito melihat sosok Billy yang lebih dikenal sebagai Billy Beatbox di acara Gong Show—disiarkan di salah satu TV swasta di Indonesia. Merasa mendapatkan rekan kerja yang sesuai, ia berusaha mencari informasi tentang Billy dan kemudian bertukar kontak.


Pada 4 Desember 2007, Tito dan Billy mendirikan akun grup Jakarta Beatbox Community di Friendster. Namun, hanya 20 orang yang berminat bergabung saat itu. Atas desakan Rezpector, dan agar cakupannya lebih luas, mereka mengubah nama menjadi Indonesian Beatbox Community.


Hingga 30 Oktober 2008, Tito dan Billy belum pernah bertatap muka. Di tanggal yang sama, Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta, Goethe Haus, mengadakan pemutaran film Peace, Love, and Beatbox sekaligus menampilkan aktor di film tersebut, yaitu Mando, sang Juara dua kali Beatbox di Jerman. Pada tanggal yang sama Indonesian Beatbox Community diresmikan.


Saat ini, pelaku dan pecinta Beatbox di Indonesia sudah mendirikan klan-klan di daerah masing-masing. Sebut saja Tetra Beatbox Clan, salah satu komunitas Beatbox yang berada di daerah Tangerang. Mereka mengawali karir dari sebatas hobi yang sama di sekolah mereka, SMA Negeri 4 Tangerang dan terus berkembang sampai saat ini. Tak hanya Tetra Beatbox Clan, ada juga Nganjuk Beatbox, Aceh Beatboxer, dan masih banyak lagi yang lain. Beatbox terus melawan dengan cara yang benar-benar sederhana.



Editor: Kahfi Dirga Cahya
Share this Article on :

2 comments:

-DJRX mengatakan...

mantap!!
keren nih!!

Anonim mengatakan...

TOP :)

Posting Komentar

 
© Copyright KonBlok 2013 - 2014 | Design by KonBlok.