Siang itu matahari persis berada sejajar di atas kepala. Menandakan bahwa waktu menunjukkan sholat Zuhur. Adzan yang dikumandangkan oleh muazin masjid sangat syahdu terdengar di tengah teriknya matahari. Letak masjid itu di Desa Kota Tuo, Pulau Tengah, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Memasuki
halaman masjid nampak asri. Di beranda masjid terdapat pemandangan indah berupa
pintu unik dengan hiasan keramik berpola gambar bunga aneka warna. Beberapa
meter kemudian terdapat sejumlah beduk antik berbahan kayu berukir indah. Konon, beduk ini memunyai makna berbeda-beda.
Tabuh pertama dan kedua masing-masing sebagai pertanda shalat lima waktu. Satunya lagi sebagai tabuh pertanda masuknya bulan hijrah dan masyarakat yang meninggal dunia. Lalu, tabuh ketiga yang disebut Tabuh Larangan terletak di lapangan masjid yang dibunyikan hanya sewaktu peristiwa genting bagi penduduk.
Tabuh pertama dan kedua masing-masing sebagai pertanda shalat lima waktu. Satunya lagi sebagai tabuh pertanda masuknya bulan hijrah dan masyarakat yang meninggal dunia. Lalu, tabuh ketiga yang disebut Tabuh Larangan terletak di lapangan masjid yang dibunyikan hanya sewaktu peristiwa genting bagi penduduk.
Secara
kasat mata, masjid ini terlihat tidak begitu spesial. Struktur bangunan pun tak
semegah masjid Istiqlal, Jakarta. Masjid yang berukuran 28x28 meter ini bernama
Masjid Keramat Kerinci, merupakan masjid tertua di Kabupaten Kerinci yang
dibangun pada abad ke-18. Awal mula masjid ini dibangun karena kedatangan
seorang Syaikh dari Mataram pada tahun 1697. Ia memberikan inspirasi kepada
pemuka masyarakat untuk mendirikan masjid yang megah seperti masjid Demak.
“Dinamai Masjid Keramat, karena masjid ini
dalam riwayatnya selalu terhindar dari bencana yang terjadi di desa ini. Seperti
kebakaran hebat pada kejadian aksi makar kompeni tahun 1903 dan disambut
perlawanan sengit rakyat desa pulau tengah yang fanatik Islam,” ucap para tetua
desa Kota Tuo, pada Squadpost.
Memasuki masjid bagian dalam, aneka warna cerah dan ukiran di tiap sudut
masjid akan terlihat. Masjid ini memunyai 25 tiang penyanggah, antara lain 20 buah tiang
pinggir, lima buah tiang yang ada di dalam ruangan termasuk satu tiang sokoguru setinggi 14,5 meter di tengah
ruangan masjid yang melambangkan Nabi Muhammad Saw.
Sisanya, empat tiang setinggi tujuh meter melambangkan empat orang sahabat nabi. Pada bagian atas dinding masjid terdapat lukisan dalam bentuk Kaligrafi Al-Quran yang ditulis oleh KH. Usman dan Muhammad Surah. Meskipun tulisan ini sudah berumur puluhan tahun, masih nampak jelas terlihat.
Sisanya, empat tiang setinggi tujuh meter melambangkan empat orang sahabat nabi. Pada bagian atas dinding masjid terdapat lukisan dalam bentuk Kaligrafi Al-Quran yang ditulis oleh KH. Usman dan Muhammad Surah. Meskipun tulisan ini sudah berumur puluhan tahun, masih nampak jelas terlihat.
Bangunan
masjid ini mengalami perbaikan pada zaman pemerintah kolonial Belanda. Tembok
yang semula terbuat dari kayu kini sudah diganti permanen. Atap masjid yang
diganti dengan atap kayu atau lapaih/lapis dari sebelumnya yang beratapkan
ijuk. Meski telah mengalami perbaikan, bentuk arsitektur Masjid Keramat Kerinci
ini tetap dipertahankan.
Atap yang berbentuk limas sebagai lambang masyarakat Kerinci yang berketuhanan. Kemudian lantai yang terbuat dari papan tebal, di bawahnya terdapat ruangan sedalam satu meter. Pada saat zaman penjajahan dipergunakan masyarakat Kerinci untuk perlindungan penduduk yang tidak berdaya.
Atap yang berbentuk limas sebagai lambang masyarakat Kerinci yang berketuhanan. Kemudian lantai yang terbuat dari papan tebal, di bawahnya terdapat ruangan sedalam satu meter. Pada saat zaman penjajahan dipergunakan masyarakat Kerinci untuk perlindungan penduduk yang tidak berdaya.
0 comments:
Posting Komentar