Tangerang, Squadpost.com—Beatbox, seni musik yang tengah digandrungi remaja Indonesia belakangan ini, merupakan seni yang menirukan suara dengan
menyelaraskan tempo. Sehingga, menghasilkan nada ritmis, ketukan
drum, instrumen musik maupun bunyi lain, salah satunya robot. Kisah kemunculan mereka, jauh lebih keras dan tegang, dibanding hadirnya acapella dalam sejarah musik dunia.
Cabang seni yang tengah naik daun dan menjadi primadona dalam belantika
musik tanah air ini mengandalkan suara, mulut, dan rongga mulut lainnya. Sangat sederhana dan
tak perlu menggunakan alat musik seperti gitar, piano, dan sebagainya. Beatbox
kerap disebut sebagai vokal perkusi maupun multivokalisme.
Beatboxer, atau pemain beatbox, mampu mendemonstrasikan bunyi-bunyian
dengan handal. Lewat irama tersebut, mereka dapat menirukan berbagai suara yang mereka
inginkan. Meski terlihat mudah, musik ini butuh ketekunan untuk mendalaminya
agar menghasilkan nada ritmis yang baik.
Musik beatbox kerap dikaitkan dengan Hip Hop, meski dalam praktiknya musik
ini juga dapat berjenre Pop, Rock, R&B, dan sebagainya. Beatbox hadir di tahun 1980-an yang
dikenal sebagai tradisi perkusi vokal.
Sejarah Indonesian Beatbox Community
Pertama kali pada 1997, Tito, personil Fade to Black mulai mencoba untuk
menirukan bunyi-bunyian drum sambil membuat pattern
sendiri. Padahal, pada saat itu ia belum mengenal Beatbox itu
sendiri hingga 2004. Akhirnya, tahun 2004 ketika ia mulai bekerja di
perusahaan IT di Kuningan, Jakarta, dan selalu berkutat dengan internet, ia
baru tahu kalau yang ia lakukan berhubungan dengan human-beatbox. Ia mulai mempelajari Beatbox secara otodidak via
Youtube.
Di tahun yang sama, ia mengalami kendala dalam mencari teman yang memiliki
hobi yang sama. Kemudian ia membuat artikel di http://Hiphopindo.net.
Sayang, usahanya tidak membuahkan hasil lantaran tak mendapat respon di forum
tersebut.
Pada 2007, Tito melihat sosok Billy yang lebih dikenal sebagai Billy
Beatbox di acara Gong Show—disiarkan di salah satu TV swasta di Indonesia. Merasa
mendapatkan rekan kerja yang sesuai, ia berusaha mencari informasi tentang
Billy dan kemudian bertukar kontak.
Pada 4 Desember 2007, Tito dan Billy mendirikan akun
grup Jakarta Beatbox Community di Friendster.
Namun, hanya 20 orang yang berminat bergabung saat itu. Atas desakan Rezpector,
dan agar cakupannya lebih luas, mereka mengubah nama menjadi Indonesian Beatbox
Community.
Hingga 30 Oktober 2008, Tito dan Billy belum pernah bertatap muka. Di
tanggal yang sama, Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta, Goethe Haus, mengadakan
pemutaran film Peace, Love, and Beatbox
sekaligus menampilkan aktor di film tersebut, yaitu Mando, sang Juara dua kali
Beatbox di Jerman. Pada tanggal yang sama Indonesian Beatbox
Community diresmikan.
Saat ini, pelaku dan pecinta Beatbox di Indonesia sudah mendirikan
klan-klan di daerah masing-masing. Sebut saja Tetra Beatbox Clan, salah satu
komunitas Beatbox yang berada di daerah Tangerang. Mereka mengawali karir dari
sebatas hobi yang sama di sekolah mereka, SMA Negeri 4 Tangerang dan
terus berkembang sampai saat ini. Tak hanya Tetra Beatbox Clan, ada juga Nganjuk Beatbox, Aceh Beatboxer, dan masih banyak lagi yang lain. Beatbox terus melawan dengan cara yang benar-benar sederhana.
Editor:
Kahfi Dirga Cahya
2 comments:
mantap!!
keren nih!!
TOP :)
Posting Komentar