Keraton Jogjakarta dibuat geger. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, putri keraton tewas secara misterius. Di Candi Borobudur, terselip sebuah jawaban atas kematian Putri Sultana.
Perfilman
Indonesia kembali diakui kancah Internasional. Setelah film The Raid yang
berhasil menembus pasar internasional, kini giliran Java Heat yang siap
menggebrak perfilman Tanah Air. Film yang digarap oleh sutradara Conor
Allyn, merupakan film laga dan baku tembak. Film yang penuh dengan unsur action laiknya film Hollywood ini,
dikemas secara apik dalam kolaborasi budaya timur dan barat. Sebelumnya, Conor
Allyn membesut trilogi film fiksi sejarah, yakni Merah Putih (2009), Darah
Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).
Di
dalam penjara daerah Jogjakarta, Jake (Kellan Lutz) dieksekusi oleh Letnan
Hashim (Ario bayu), seorang petugas Densus 88 yang tengah menyelidiki misteri
meninggalnya putri keraton di Jogjakarta. Jake dicurigai lantaran ia adalah
orang terakhir yang berada di tempat kejadian. Ia mengaku sebagai asisten dosen
asing yang selamat dari ledakan bom.
Jake mencoba
mengingat kembali tentang kejadian dalam malam pesta amal. Tentang pengeboman
yang meluluhlantahkan seisi kerajaan. Jake berusaha menjadi saksi dengan menjelaskan
kejadian demi kejadian saat ia menghadiri pesta tersebut.
Malam itu, Jake terpesona akan sosok Sultana (Atiqah Hasiholan) yang begitu menawan. Ia menegur Sultana dan sempat bercakap soal kalung yang dikenakan Sultana. Tiba-tiba datang seorang lelaki dengan membawa bom di tubuhnya. Kemudian seisi kerajaan runtuh dan menyisakan beberapa barang setengah gosong. Begitulah kesaksian Jake ketika rekonstruksi kejadian.
Kejadian
demi kejadian membuat Hashim menaruh curiga kepada Jake. Ia bersama temannya rekan
kerjanya, Rio Dewanto, menyelidiki gerak-gerik Jake lewat kamera CCTV dan
memantaunya dari kejauhan. Suatu ketika, Jake berhasil menyelamatkan Hashim saat
kendaraan yang mereka tumpangi diserang oleh sekelompok teroris. Kemampuan Jake
yang mahir menggunakan senjata, memperjelas bahwa ia tidak sekadar seorang
asisten dosen.
Mereka
bersepakat untuk menyelidiki keabsahan mayat Sultana. Jake mendapati tato
bergambar macan di mayat Sultana. Namun setelah ditelusuri ternyata tato macan
tersebut memiliki makna seorang perempuan penghibur yang memiliki nilai jual
tinggi. Bukti ini semakin mengarahkan mayat itu bukan Putri Keraton.
Di saat
yang bersamaan, keluarga Hashim diculik oleh orang misterius. Hashim geram dan
mencari tahu siapa penculiknya. Ia berusaha untuk menyelamatkan keluarga yang
ia cintai. Ternyata penculiknya adalah musuh Jake. Dengan pelbagai cara, Jake
dan Hashim bersiasat untuk menangkap penculiknya.
Seluruh
umat Buddha yang berada di sekitar Candi Borobudur berbondong-bondong datang
untuk menghadiri Festival Lampion. Malik (Mickey Rourke), yang ternyata adalah
penculik Sultana dan keluarga Hashim juga
berada di sekitaran Festival.
Merasa
dibuntuti, Malik segera membawa Sultana ke Candi Borobudur untuk mengamankan
gadis itu. Malam di Candi Borobudur menjadi semakin riuh ketika pertempuran
antara Jake, Hashim, dan Malik berlangsung sengit. Seketika,Malik tewas dan
Sultana beserta istri dan anak-anak Hashim terselamatkan. Sultana ternyata
tidak tewas dalam insiden pemboman di malam amal lalu.
Bagi
penggemar film Twillight, sosok Kellan Lutz mungkin tak asing lagi. Ia dikenal
sebagai Emmett Cullen dalam film The Twilight Saga. Pria yang memulai debutnya sebagai bintang
tamu dalam beberapa acara televisi, serta model ini semakin dikenal ketika
berperan dalam film The Twilight Saga.
Dalam film ini, Kellan Lutz semakin menunjukkan kualitas aktingnya.
Dalam
film ini, aktor Indonesia seperti Ario Bayu, Atiqah Hasiholan, serta Rio
Dewanto yang tak asing lagi di dunia seni peran sanggup menyeimbangkan akting
lawan main mereka, Kellan Lutz dan Mickey Rourke. Sebagai contoh, Atiqah
Hasiholan yang berperan sebagai Sultana. Aktingnya tidak diragukan lagi.
Pemenang Piala Citra sebagai pemeran utama perempuan terbaik dalam film Ruma
Maida, kiprahnya dalam dunia peran sudah terlihat sejak kecil. Atiqah dibesarkan
dalam panggung Teater Satu Merah. Dalam film pertamanya, Berbagi Suami
pada 2006, Atiqah mulai eksis dalam dunia model, bintang iklan, dan mulai
mencoba peruntungannya di dunia tarik suara.
Film
yang rencananya akan diputar di Jerman dan Amerika ini berlatar tempat, Jogjakarta
yang diracik dengan kualitas film Hollywood. Kebudayaan Jogjakarta yang
ditampilkan dapat menjadi wadah promosi bagi penonton khususnya yang berada di
luar negeri. Secara keseluruhan film ini layak ditonton.
0 comments:
Posting Komentar