Khrisna Pabichara: Menjadi Penulis adalah Mimpi Saya

2013/04/27



Pendatang baru di dunia fiksi sekaligus penulis novel laku keras Sepatu Dahlan, Khrisna Pabichara,  mengatakan bahwa menulis sudah menjadi obsesinya sejak kecil. “Jika ada mimpi, cita-cita, atau harapan terbesar dalam hidup saya pasti, ‘menulis’. Dulu, semasa di sekolah menengah, saya kerap membayangkan buku anggitan saya terpajang di toko buku,“ ujarnya. Butuh waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk Khrisna dapat melihat karyanya terpajang di toko buku. Saat itu, buku pertamanya, 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang, terbit tahun 2007. Sejak saat itu, bukunya mulai berlahiran.

Ayah dari dua orang anak perempuan ini bukan tipikal orang yang mudah patah semangat. Karena mimpinya menjadi seorang penulis, ia memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya, Makassar.  Ia memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa pada  1997 dengan harapan besar menjadi penulis. Tapi, kenyataan tak semanis harapan. Hingga akhir 2003, tak satu pun buku puisi karyanya diterbitkan.

“Rata-rata alasannya sama, kumpulan puisi tak laku di pasar buku,” ungkapnya.  Meski begitu, penolakan oleh penerbit tidak dengan mudah mematahkan semangatnya. Ia terus menulis, dengan harapan cita-citanya untuk menjadi penulis dapat terwujud.

Cinta Menulis
Sejak duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar, ia mulai menulis dan hobi membaca buku. Menginjak masa SMP, ia mulai mengikuti lomba menulis. Salah satunya lomba yang diadakan oleh FPPI Plan International 1987. Saat itu, ia menggondol pulang juara 1 dan mendapatkan hadiah buku beserta uang tunai.

Kecintaanya dengan menulis ia teruskan hingga ke bangku SMA. Karena ketekunan dan kepandaiannya, puisi pertamanya berhasil menembus Pedoman Rakyat, salah satu koran lokal di Makassar. Sejak saat itu, ia kerap mendapat pesanan menulis surat cinta dengan berbagai macam upah. “Lumayan untuk pelajar yang jauh dari orangtua,” ujar laki-laki berdarah Makassar itu.

Hingga saat ini, penulis yang kerap disapa Daeng Marewa telah melahirkan 16 buku fiksi dan non-fiksi. Non-fiksi di antaranya; 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang (Kolbu, 2007), Rahasia Melatih Daya Ingat (Kayla Pustaka, 2010), Kamus Nama Indah Islami (Zaman, 2010), dan 10 Rahasia Pembelajar Kreatif (Zaman, 2013). Adapun buku non-fiksi di antaranya; Di Matamu [Tak] Ada Luka (Kumpulan Puisi, 2004) —dicetak sendiri dalam jumlah terbatas, Mengawini Ibu (Kumpulan cerpen: Kayla Pustaka, 2010), Gadis Pakarena (Kumpulan cerpen: Dolphin, 2012), Sepatu Dahlan (Novel: Noura Books, 2012), dan Surat Dahlan (Novel: Noura Books, 2013). 

Sepatu Dahlan, adalah novel trilogi yang terinspirasi dari kisah masa kecil Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Novel yang telah naik cetak sebanyak 11 kali hingga Januari 2013 ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi Khrisna. Setelah sukses dengan Novelnya, rencananya Sepatu Dahlan akan diflmkan dalam waktu dekat. Saat ini, sudah sampai proses riset lokasi. Khrisna mengaku bahagia atas pembuatan film Sepatu Dahlan. Kehidupan masa kecil Dahlan Iskan  memang sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar.  


Selain menulis, suami dari Mamas Aurora Maysitoh ini memiliki kesibukan lain, seperti kumpul-kumpul dengan teman sepermainan, menggelar Kelas Anggit Narasoma —kelas menulis gratis, di Bogor, bersama teman-temannya di Rumah Kata Bogor, promosi buku di berbagai kota dan aktif sebagai pembicara dalam acara menulis di berbagai tempat. Bagi sebagian orang, menulis mungkin bukan pekerjaan yang menjanjikan masa depan cerah. Namun, bagi penulis yang tekun sejak kecil seperti Khrisna menulis tentu menjanjikan kepuasan batiniah.  

“Mari membaca, ayo menulis!” tutup Khrisna. 

Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright KonBlok 2013 - 2014 | Design by KonBlok.